Kamis, 29 November 2018

MTS KUBANGPARI CANDI PRAMBANAN 2018









Berkas:Yogyakarta Indonesia Prambanan-temple-complex-02.jpg
Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahmasebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten,[1] kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.[2] Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.[3] Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[4]
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.

Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat.
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa SansekertaSiwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya memuliakan BrahmaSiwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks candi ini.
J. Gronemen (1887) berpendapat bahwa nama Prambanan berasal dari kata ramban:
mengumpulkan dedaunan (untuk keperluan rumah tangga atau obat-obatan), [pra-ramban-an] masih menjadi tempat, lazimnya di hutan, di mana dedaunan itu diramu. Penjelasan seperti ini mengenai nama puning-puning reruntuhan itu, yang niscaya pada satu kesempatan ditemukan di hutan seperti itu, juga termuat dalam kamus yang disusun Roorda; [sebuah penjelasan] yang begitu sederhana dan alamiah sehingga kita tidak perlu mencari penjelasan yang lain." (Groneman 1887:1427 dalam Jordaan, 1996)[5]

Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').[6] Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta dia.[7]
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.

Ditelantarkan[sunting | sunting sumber]

Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).

PERJALANAN YANG MENGESANKAN DENGAN MENGAGUMI CIPTAAN TUHAN



MTS.KUBANGPARI STUDY TOUR MONJALI 2018

Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.

Rana di pintu masuk museum
Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum nomor 2).

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikotamadya Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsaIndonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda.Berkas:Monumen Yogya Kembali.JPG
Pembangunan monumen ini dilakukan dengan memperhitungkan beberapa faktor penting. Titik pusat bangunan ini merupakan sebuah titik yang secara imajiner menghubungkan beberapa titik penting di Yogyakarta yaitu Kraton Jogja, Tugu Yogyakarta, Gunung Merapi, Parang Tritis dan juga Panggung Krapyak. Titik ini sendiri disebut sebagai Sumbu Besar Kehidupan dan penanda dari titik imajiner ini sendiri berada pada lantai 3 bangunan monumen ini.

PEMBIMBING DAN PESERTA DIDIK MTS.KUBANGPARI 





















Maulid Nabi di Mts Kubangpari

Akhlak Anak terhadap Orang Tua dan Murid terhadap Guru

Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu alkhulq, al-khuluq mempunyai arti watak, tabiat. Secara istilah akhlak menurut Ibnu Maskawih adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
A. AKHLAK TERHADAP ORANG TUA
Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya oseseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk Alloh SWT mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang-orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
1. Kewajiban kepada ibu
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disanping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua.
2. Berbuat baik kepada ibu dan ayah, walaupun keduanya lalim
Seorang anak menusut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Alloh SWT tidak meridhainya sehingga orang tua itu meridhainya.
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya kepada ananya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya adalah disebakan perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan orang tua kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua marh kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, Alloh SWT pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang tua.
3. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran islam harus berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata mulia.
4. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya:
:”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada empat hal :”mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang tua”.
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau itu sudah tiada yaitu:
  1. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Alloh SWT dari segala dosa orang tua kita.
  2. Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya, maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
  3. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.
  4. Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.
Tetapi bagaimana jika kita ingin berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh terhadapnya, terkadang perintah yang di berikannya tidak sesuai dengan ketentuan Islam. Adapun cara menghadapi perintah kedua orang tua yang bertentanga dengan ajaran Islam
  1. Jika suatu saat kamu disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya katakan kepada keduanya bahwasanya Alloh SWT melihat kita.
  2. Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan ngotot, sebab tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan tenang dan penuh keyakinan dan percaya diri.
  3. Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan kekurangan. Jangan posisikan kedua orang tua seperti Nabi yang tak pernah berbuat salah. Maafkan mereka, bila kita anggap cara dan perintah orang tua bertentangan dari hati nurani atau nilai-nilai yang kamu yakini kebenarannya.
B. AKHLAK MURID TERHADAP GURU
Guru merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid atau dengan kata lain guru merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar bimbingan orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru perlu di terapkan sebagaimana akhlak kita terhadap kedua orang tua. Adapun kode etik terhadap guru meliputi :
Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:
  1. Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.
  2. Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil di depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan contoh lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.
  3. Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.
  4. Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafat. Ia menghormati sepanjang hidup guru, meski sudah wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
  5. Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan segala kehilafannya, dan turut memohonkan ampun kepada Alloh SWT untuk gurunya.
  6. Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap sebuah informasi.
  7. Murid tidak menghadap guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling banyak tiga kali.
  8. Harus duduk sopan didepan guru. Misalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
  9. Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.
  10. Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal murid, ia harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah mendengar.
  11. Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyarat memberi jawaban.
  12. Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi sesuatu kepada guru. Harus menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya terkesan mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan tangan secara berlebihan yang mengesankan kurang serius.












Rabu, 28 November 2018

PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD 1440 H DI MTS .KUBANGPARI


Dalam sambutanya kepala MTs.Kubangpari,Bapak Drs.H. Syahron Mulud,mengingatkan kepada sivitas academika Mts.Kubangpari,Keteladanan diatas keteladanan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,merupakan sosok figur 
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab [33] ayat 21)

Berdasarkan keterangan dari ayat diatas maka sudah jelas sekali bahwa sebagai umat yang mengharap ridha Allah Swt dalam menjalani hidup dan kehidupan didunia ini maka haruslah mengikuti tuntunan itu. Sebagai umat Islam maka tidaklah menjadi kebimbangan untuk kemana kita harus mencari referensi tentang siapa yang paling patut dijadikan teladan dan bagaimana kriteria orang tersebut, karena sudah jelas telah Allah Swt berikan yaitu hanya mengikuti keteladanan diri Rasulullah Saw.
Baginda Nabi Muhammad Saw adalah seorang pribadi yang sangat mulia. Dan terkait dengan keagungan Rasulullah ini maka beliau sebelumnya telah mendapatkan banyak gelar baik dari kaum muslimin bahkan dari orang-orang kafir, seperti Al-Amin (yang dipercaya), Musthafa, Abdullah, dan Abul-Qasim. Semua gelar itu adalah wujud penghormatan kepada diri beliau karena kemuliaan sifat dan akhlaknya yang tiada dua dalam kehidupan sehari-hari. Baik terhadap dirinya sendiri ataupun ketika bersentuhan dengan orang lain. Setiap nama dan gelar itu mengungkapkan sebuah aspek yang tampak jelas baik bagi orang lain karena setiap keberadaannya menjadi sebuah berkah dan kesejahteraan. Tidak hanya sejahtera pada aspek ekonomi melainkan jauh kepada aspek yang tidak tampak sekalipun seperti halnya ketenangan batin.










Dalam perjalanan hidupnya Rasulullah tidak hanya dikagumi dan disegani oleh umatnya saja melainkan mereka yang menjadi musuhnya (orang-orang kafir) sekalipun. Bahkan banyak diantara mereka yang awalnya menjadi musuh namun ketika berhadapan langsung dan mengetahui kepribadian diri beliau maka dengan sendirinya menjadi berbalik mengikuti ajaran Islam. Sungguh luar biasa dan itu semua bisa terjadi hanya karena beliau menjalani hidup dengan penuh kecintaan. Beliau memimpin dengan penuh bijaksana kepada siapa saja bahkan orang yang bukan Islam. Dan ini telah jelas diterapkan pada perjanjian Hudaibiyah, dimana negara tetap melindungi mereka yang bukan muslim asalkan telah menunaikan kewajiban seperti membayar Jizyah (pajak) pada negara.
Ada banyak contoh perilaku yang pernah dilakukan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw selama hidupnya dahulu dan membuatnya selalu dikagumi dan dimuliakan. Seperti ketika mendidik, beliau melakukannya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan serta berharap bahwa orang yang sedang di didiknya itu menjadi maju dan pintar. Ketika beliau memimpin negara maka beliau melakukannya dengan sikap rendah hati, lembut perangainya, mau menerima usulan dari orang lain dan senang bertukar pikiran, selalu meminta ide, saran dan koreksi ketika bermusyawarah. Dan masih banyak lagi contoh perilaku mulia yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah untuk kita umatnya sekarang ini. Sehingga Islam sebagai agama yang tauhid terbukti telah menyelamatkan umat dari kehancuran dan menjadi Rahmatan lil alamin (rahmat sekalian alam). Namun sungguh disayangkan bahwa kita sebagai umat-Nya pada saat ini telah jarang sekali menyempatkan diri untuk mencari dan mempelajari bagaimana perilaku Rasulullah yang sebenarnya. Kita malah terbalik dengan mengagumi para pemimpin yang belum terbukti kebenarannya dalam memimpin. Bahkan kita secara tidak sadar telah mengagungkan seorang manusia biasa padahal bukan Nabi atau Rasul Allah. Sedangkan Allah di dalam Al-Qur`an surat Al-Ahzab [33] ayat 6 telah memperingatkan “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri[1]……”
Karena itu berbahagialah kita sebagai umat Islam yang mempunyai teladan sebagaimana diri Rasulullah Saw, karena di dalam diri beliau telah terdapat semua aspek kehidupan yang paling baik dan benar. Ditambah lagi bila kita mengamalkannya juga di dalam diri kita sendiri karena selama menjalani kehidupan ini maka hikmahnya adalah bahwa kita akan lebih sabar, sederhana, bijaksana, mencintai, berpikir dan beberapa hal yang menuju pada kebaikan hakiki dimata Allah Swt.
Sungguh demikian penting bagi setiap diri Muslim dan Muslimah untuk meneladani sifat-sifat Rasulullah itu karena itu pula yang akan menjadi penuntun baginya dalam menjalani kehidupan ini. Dan bisa dipastikan bahwa siapapun akan menderita bila pada waktu hidupnya ia tidak mencoba meluangkan waktu untuk mempelajari dan menerapkan kepribadian Baginda Rasulullah Saw, karena bisa dibayangkan juga bagaimana butanya batin seseorang bila tidak ada seorangpun yang menjadi penuntun dan penunjuk arah jalan ia melangkah. Maka dari itulah sikap dan akhlak diri Baginda Nabi Muhammad Saw adalah acuan yang paling mantap dan bisa dipertanggungjawabkan karena telah terbukti menjadi suri tauladan yang paling baik bagi setiap anak manusia disepanjang sejarah hidupnya.
Saudaraku, sudahkahlah dirimu dengan segera untuk menyelesaikan usaha dalam mencari orang yang bisa kau jadikan contoh dan suri tauladan yang baik selain diri Rasulullah Saw. Karena itu tidak serta merta menjadikan dirimu lebih baik dari yang seharusnya. Bahkan bisa saja dengan itu akan menjadikan dirimu sebagai seorang hamba yang benar-benar kufur terhadap nikmat Allah. Dirimu juga mungkin akan menjadi hamba yang tidak patuh terhadap ketentuan yang telah Allah tuntunkan di dalam Al-Qur`an sebagaimana ayat diatas. Sehingga ketika itu benar terjadi maka dirimu jua yang akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt baik selama hidup di dunia maupun kelak di yaumil akhir.
Saudaraku yang budiman, mari mulai dari sekarang kita sebagai umat harus senantiasa menjadikan diri dan kepribadian Rasulullah adalah tolak ukur akhlak kita selama menjalani hidup dan kehidupan ini. Tidak harus dengan secepatnya karena dengan cara yang bertahap sudah merupakan kebaikan yang mulia. Ikuti saja bagaimana Rasulullah dalam menjalani hidupnya sehari-hari karena sudah pasti merupakan rahmat sekalian alam,
“Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya [21] ayat 107)
Dan yang terpenting adalah keteguhan niat di dalam dirimu harus tetap ada selama usaha menemukan kebenaran yang hakiki. Sehingga dirimu akan dengan lancar mendapatkan hikmah dan manfaat baik dari Allah Swt.